Desa Peruan Dalam, Sabtu, 1 Maret 2025. Desa Peruan, Kecamatan Tayan Hulu, Kabupaten Sanggau, telah melaksanakan acara budaya yang sakral bagi masyarakat Dayak Peruan, yakni Nyeser. Acara yang sudah lama tidak dilaksanakan ini bertujuan untuk melakukan tolak bala, buang sial, serta mengusir penyakit, sampar, dan segala bentuk kesialan yang dapat mengancam kampung mereka.
Kepala Desa Peruan Dalam, Bapak Robert Jhonson, turut berpartisipasi langsung dalam acara yang penuh makna ini, sebagai wujud dukungan terhadap pelestarian budaya adat Dayak Peruan.

Nyeser adalah sebuah tradisi yang memiliki nilai sejarah dan spiritual yang tinggi dalam masyarakat Dayak Peruan. Ritual ini biasanya dilaksanakan menjelang musim panen padi, atau yang dikenal dengan sebutan Ngitebm. Hal ini berkaitan erat dengan harapan masyarakat akan hasil panen yang melimpah dan keberkahan yang datang dari alam. Salah satu elemen utama dalam ritual Nyeser adalah penggunaan topeng, yang dipercaya mampu mengusir bala dan segala penyakit yang mengancam desa.

Berdasarkan informasi dari Kepala Desa Peruan Dalam, Bapak Robert Jhonson, acara ritual Nyeser dimulai dengan berkeliling kampung, menggunakan topeng sebagai media untuk melakukan tolak bala. Setelah itu, acara puncak digelar di Pedagi Nek’ Ria Mamaduk, Dusun Peruan Dalam. Di acara puncak tersebut, akan diadakan upacara menghanyutkan perahu dari Hulu ke Hilir. Perahu yang sudah dipomang dihanyutkan. Perahu ini bermakna bahwa segala penyakit, sampar, dan kesialan telah hanyut dibawa oleh arus air, meninggalkan desa dalam keadaan aman dan berkah.

Dalam kesempatan tersebut, Bapak Robert Jhonson menyampaikan bahwa sebagai masyarakat adat Dayak Peruan, mereka memiliki kewajiban untuk melestarikan tradisi-tradisi seperti Nyeser yang telah lama diwariskan oleh nenek moyang. “Sebagai Kepala Desa dan bagian dari masyarakat adat, saya merasa sangat penting untuk melestarikan adat budaya ini.
Bapak Robert Johnson juga menyampaikan bahwa kegiatan Nyeser ini terselenggara berkat adanya kerja sama dari seluruh elemen masyarakat yang berpartisipasi baik secara moral maupun material. Di tahun yang akan datang, kegiatan ini akan dilaksanakan kembali dengan jangkauan yang lebih luas serta partisipasi yang lebih banyak dari masyarakat. Nyeser adalah bagian dari cara kita menjaga keselamatan desa, serta memohon agar hasil panen yang akan datang melimpah dan terhindar dari segala bencana,” ujar Bapak Robert Jhonson. (Edo).